Pulau Penyu |
Pulau Penyu Di Bali - Serangan adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 km selatan Denpasar, Bali. Pulau seluas 73 hektar ini berada 250 meter dari pantai di tenggara Bali. Pulau ini persis terletak di sebelah selatan pantai terkenal Pantai Sanur. Secara administratif, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar dan dihuni kurang lebih oleh 3 ribu orang. Menurut warga setempat nama pulau ini yaitu "Serangan" berasal dari kata "sira angen" yang berarti perasaan mencintai atau kehilangan sesuatu yang sangat banyak. Penggunaan nama ini didasarkan pada kisah para pelaut Bugis yang sering mengunjungi pulau ini di masa lalu. Ketika mereka mendarat di pulau ini untuk minum air mereka mengalami "sira angen". Hal ini diyakini bahwa air dari pulau ini bisa menimbulkan perasaan semacam ini. pelaut tersebut merasa di rumah dan tidak ingin meninggalkan pulau ini. Para pelaut Bugis yang agamanya adalah Islam bahkan memilih untuk menetap di pulau ini dan hidup damai dengan penduduk lokal yang beragama Hindu. Setelah itu, mereka membangun pemukiman mereka sendiri yang disebut Kampung Bugis dan masih ada sampai sekarang.
Pulau Penyu |
Selain itu, Pulau Serangan juga memiliki pemandangan alam yang indah, terutama lautnya yang kaya biota laut. Pasir di pulau ini memiliki warna emas berkilau yang membuat pulau ini terkenal sebagai "Pulau Emas". Pulau Serangan sekarang terhubung ke Bali melalui jembatan. Jembatan ini hanya bisa dilalui saat air laut surut, sehingga ketika air pasang terjadi, jembatan ini tidak akan bisa dilewati. Jika hal ini terjadi, para pengunjung dari Pulau Serangan harus menggunakan perahu sewaan di Sanur, Suwung, atau Pantai Tanjung Benoa untuk menyeberang. Dulu, sebelum jembatan ini dibangun, kita membutuhkan sekitar 1 jam untuk menuju pulau ini dengan menyewa perahu nelayan. Sekarang, kita bisa menyeberang pulau hanya dalam 15 menit jika melewati jembatan.
Pulau Serangan juga dikenal dengan sebagai Pulau Penyu. penamaan ini berasal dari keberadaan pusat konservasi penyu hijau di pulau ini. Pada saat-saat tertentu, para pengunjung dapat melihat dan berpartisipasi langsung dalam acara pelepasan anak penyu. Ada juga area mangrove yang luas di sekitar pulau ini. daerah mangrove ini telah hancur di masa lalu yang mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem sekitarnya. Untungnya, kondisi yang cepat diatasi dengan upaya konservasi yang intens, jadi sekarang pelestarian ini mangrove 'bisa dipertahankan.
Pulau Penyu |
Pulau Serangan juga dikenal memiliki pantai yang menakjubkan dan gelombang tinggi. Sama seperti yang disebutkan sebelumnya, pasir putih keemasan di pantai Serangan ini sangat indah. Gelombang laut yang tinggi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Pada bulan November hingga April, pasang dan gelombang bisa sangat tinggi, sehingga para peselancar akan berbondong-bondong datang ke pantai ini.
Pura Sakenan
Pura Sakenan |
Selain pemandangan yang indah, Pulau Serangan juga memiliki sebuah pura yang disebut Pura Sakenan. Konon, kompleks candi suci ini dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-12 dan kemudian dilanjutkan dengan Danghyang Nirartha sekitar abad ke-15. Menurut legenda, dua orang suci ini juga terkena sira angen karena keindahan dan getaran spiritual pulau ini, sehingga pura tersebut dibangun di sini. Candi ini memiliki arsitektur yang unik yang sedikit mirip dengan Pura Luhur Uluwatu di ujung selatan Pulau Bali. Menurut lontar (dokumen kuno) "Usana Bali", Pura Sakenan pertama kali dibangun oleh Mpu Kuturan di era Masula-Masuli (pasangan) Raya disebut Sri Dhana Dhirajalancana dan Sri Dhana Dewiketu. Pemerintahan raja ini adalah sekitar 1178 sampai 1255.
Sementara itu, berdasarkan "Dwijendra Tattwa", Pura Sakenan dibangun oleh Danghyang Nirartha saat ia bermeditasi dan berkomunikasi didalam pulau ini. Dalam perjalanannya Nya yang kudus mengunjungi pantai di sekitar Bali, Danghyang Nirartha telah menetap di Serangan dan membangun Pura Sakenan Dalem. Perjalanan sucinya, Danghyang Nirartha di Bali sekitar 1.489, sehingga diperkirakan bahwa Candi Sakenan dibangun pada abad ke-15.
Pura Sakenan |
Kisah perjalanan Danghyang Nirartha telah menjadi inspirasi orang Hindu di Bali. Ketika ada "Karya" atau upacara besar di Pura Sakenan yang datang di Kuningan Day, orang Hindu di Bali berbondong-bondong ke candi ini. Di masa lalu, para pengunjung pulau ini harus menggunakan perahu atau rakit untuk menyeberang laut. Ketika air laut surut, para pengunjung harus siap untuk berjalan di sekitar 2 kilometer melewati semak-semak dan hutan bakau. Tradisi ini telah pergi dari waktu ke waktu sampai jembatan yang menghubungkan Pulau Bali dan Pulau Serangan dibangun.
Pura Sakenan |